Ironi Korupsi di Dunia Pendidikan – Indonesia selalu memuja pendidikan sebagai tonggak masa depan bangsa. Tapi bagaimana jadinya kalau pilar masa depan itu malah di jadikan ladang korupsi? Ketika dana BOS yang harusnya menopang pendidikan anak-anak justru di potong tanpa malu oleh oknum pejabat sekolah dan birokrat daerah, siapa yang peduli pada nasib murid-murid di pelosok negeri?
Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) adalah jantung operasional banyak sekolah negeri di Indonesia. Tapi kenyataannya, dana ini sering kali tak sampai sepenuhnya ke tangan yang seharusnya slot bet kecil. Ada praktik markup pembelian alat tulis, ada potongan “tak resmi” dari pejabat dinas pendidikan, dan ada pungutan liar yang di bungkus alasan administrasi. Semua di lakukan secara sistematis dan berulang—seolah-olah mencuri dari anak sekolah adalah hal biasa.
Plagiat Akademik: Dosen Cerdas Tapi Curang
Kalau korupsi di tingkat dasar dan menengah sudah membuat geram, yang terjadi di perguruan tinggi lebih menyakitkan. Dosen—yang seharusnya menjadi teladan integritas dan intelektualitas—malah terlibat dalam praktik plagiat. Ada yang menjiplak hasil penelitian orang lain untuk mengejar gelar akademik. Ada yang menyulap skripsi mahasiswa menjadi jurnal ilmiah atas nama pribadi. Bahkan lebih kejam lagi, ada yang menjual “bimbingan cepat” dengan imbalan uang, menginjak-injak marwah keilmuan yang seharusnya suci athena gacor.
Fenomena dosen plagiat bukan sekadar insiden pribadi. Ini adalah refleksi dari sistem yang korup sejak akar. Ketika karier dosen di tentukan bukan oleh kualitas penelitian tapi oleh jumlah publikasi yang bisa di akali, maka manipulasi jadi jalan keluar yang di anggap normal. Kampus-kampus besar pun tak luput, hanya saja mereka pandai menyembunyikan boroknya.
Pendidikan Jadi Komoditas, Bukan Hak Anak Bangsa
Korupsi di dunia pendidikan bukan sekadar masalah hukum. Ini soal mental. Soal moral. Soal bagaimana kita, sebagai bangsa slot 10k, memperlakukan masa depan kita sendiri. Ketika pejabat pendidikan mencuri uang operasional sekolah, dan dosen mencuri ide untuk naik jabatan, kita sedang menyaksikan pengkhianatan terhadap generasi muda secara terang-terangan.
Ironisnya, praktik ini terus terjadi tanpa rasa malu. Ada yang di tangkap, tapi banyak yang lolos. Ada yang di copot jabatan, tapi diberi posisi baru di tempat lain. Seolah-olah, mencuri dalam dunia pendidikan adalah bagian dari sistem, bukan penyimpangan.
Baca juga: https://raporku.net/
Sementara itu, anak-anak di pelosok masih belajar tanpa meja, tanpa buku, dan tanpa harapan. Dan kita? Sibuk merayakan seremoni Hari Pendidikan Nasional, seolah semuanya baik-baik saja.